Perjalananku punya rumah.. Sejak menikah, walau aku menikah di usia muda, ya terhitung selow lancar..
Alhamdulillah, yang sekaligus astagfirullah, 28 April 2016 KPR rumah ku disetujui bank. Aku punya rumah, tapi pinjam uang riba. Dan ternyata boleh dilunasi setelah 5 tahun. Astagfirullah, aku tahu, itu melanggar syariat, dan aku ingin segera bertaubat, tapi waktu itu aku juga harus segera pergi dari rumah Jo, karena aku terlalu sering merepotkan. Dan saat itu cari kontrakan susah dan mahal.
Alhamdulillah, meski belum sempurna di ulang tahunku yang ke 26,rumah ini sudah bisa kami tempati.
Dan Alhamdulillah, di tahun 2018,rumah ini sudah sesuai harapan, semua prasarana sudah terpenuhi.
Namun sebelum ini, kami berpindah pindah rumah...
Dari sejak awal nikah masih ngrepoti Jo dan pakne tidak mau bantu. Dia juga ga kerja waktu itu, sampe yang jo gendong terus dia pura-pura berangkat kerja dan ada keperluan dan ternyata hanya tidur di javalink dan rumah ibunya.
Kalau begini terus, dia ga kerja, kasihan ibuku. Aku berinisiatif dia harus carikan kontrakan. Lalu kami ngontrak di rumah Bu Wanda. Rumah kecil, satu kamar dengan kamar mandi di luar. Tapi aku tidak mempermasalahkannya. Jaman itu ngontrak nya 1,5 juta. Bahagia dalam kemepetan bersama lila kecilkudan saat itu memang sangat berat, karena waktunya aku ppl dan skripsi.
Setelah mbak Titin pindah, kami ngontrak dekat masjid Gendongan, deket rumah Jo. Rumahnya papan, dingin, kamar mandinya pun diluar. Tapi bukan masalah juga. Yang menyakitkan saat aku mau pindah dari sini kembali ke rumah Jo. Karena beberapa pertimbangan, disana uang kontrakan mau dinaikkan, pemiliknya terlalu mengurusi, yang kami belum sempat bersih-bersih, mereka suruh ini itu. Waktu pindah, barang kami diusir usir, padahal sebelum kami tinggal disana, Gudang nya penuh kotoran, dan kayu yang bolong bolong itu kami tambal, kami belikan triplek untuk menutup nya. Dan tetanggaku juga jahat, saat kami pindah, mereka semua melihat kami sambil berdiri, tangan di lipat... Padahal aku dan anak kecilku membantu membawa barang kembali ke rumah Jo. Lila kecilku...
Dan kembali lah kami di rumah Jo. Tapi abinya Lila jahat sama acil, dia ngancing pintu kamar, padahal Ucil pengen masuk, hanya karena Ucil masih ngompol. Dan dia mencak-mencak, saat aku tiduran di kasur, berdiri seperti orang yang sudah mencukupi kebutuhan keluarga, karena dia mau mencuci seprei yang baru saja aku cuci karena terkena sedikit ompol diujung yang bisa dibilas sedikit saja. Lalu halaman depan milik om Parto dibangun, ditutup dengan batako sehingga pemandangan kami begitu sempit.
Alhamdulillah, meski diliputi rasa bersalah, tapi kami sudah bisa tinggal di rumah yang mungkin bagi orang lain kecil, namun bagiku, ini sangat cukup. Dan kami berharap, juga berusaha menabung untuk pelunasannya secepatnya, dan tidak boros atau bersenang-senang sebelum rumah ini lunas, atau saat ini karena kami baru tau ada aturan bank harus minimal 5 tahun, paling tidak uang itu sudah terkumpul.
Bismillah, Alhamdulillah, Astagfirullah, Allahu Akbar.
Kalau mengingat masa lalu, kebencian ku padanya jadi muncul lagi... Astagfirullah...