Senin, 17 Februari 2020

Bakso Coro

Jadi ceritanya, Rabu, tanggal 12 Februari  lalu aku nyumbang bayi kan. Tetanggaku cucunya selapanan. Karena tinggalnya di embahnya yang tetangga ku, mumpung ada momen, yang bapak-bapaknya selapanan, ibu-ibunya biasa nyumbang sorenya. Lhah enak, sore sore gitu di sajikan bakso. 
Pas mau makan aku lihat 1 kecoa kecil di mangkuk nya, udah bergidik bulu kudukku. Karena ga enak sama yang punya rumah akhirnya aku singkirkan kecoa malang itu dan aku makan baksonya. 
Suapan pertama, aman.. Suapan kedua, masih aman. Di suapan ketika krenyesss, aku dapat bonus coro. Seolah ga percaya kekrenyesan itu, aku gigit lagi. Ee la dalah.. Krenyesss lagi.. Tau kan baunya coro bagaimana, hemmm rasanya itu lebih hueeekkkszz... Ga bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mau muntahin ke mangkuk ga enak, mau di telen ga bisa, air mataku udah hampir mengalir sambil isi perutku naik. 
Alhamdulillah... Di depannya disediain tisu, akhirnya aku bisa buang kekrenyesan itu. Dan anda tahu kelanjutan nya, karena sifat ga enakanku, akhirnya aku bilas mulutku pake teh dan aku habisin baksonya. Sebenarnya baksonya enak juga sih. Buat jaga nama yang punya rumah aku bertingkah sok normal ngobrol sama ibu ibu. Jalan santuy. Sampe rumah... Kumur berkali-kali dan banyakin minum air putih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar